Di tengah hiruk-pikuk kehidupan yang terus bergerak tanpa jeda, takdir mempertemukan kami. Tanpa kami sadari, ternyata kami berasal dari lingkungan yang sama dan memiliki hubungan keluarga. Dari pertemuan itu, kami mulai saling mengenal, perlahan membuka kisah masing-masing.

Waktu sempat membawa kami menjauh hingga komunikasi terhenti. Namun pada hari itu, kami kembali dipertemukan dalam percakapan yang menghangatkan. Dari kejujuran dan niat baik, tumbuhlah tekad untuk melangkah lebih jauh: menikah, mengikat janji suci, dan memulai ibadah terpanjang dalam hidup.

Kami memberanikan diri memohon restu kepada orang tua. Dengan penuh harap kami mengetuk pintu hati mereka, dan alhamdulillah, restu itu mengalir, membuka jalan kami dengan begitu indah. Segalanya terasa dimudahkan, seakan mimpi yang perlahan menjadi nyata.

Enam bulan berlalu, tibalah hari yang kami nantikan. Hari ketika kami menyempurnakan separuh agama, mengikat janji suci, dan merangkul masa depan sebagai satu kesatuan. Kini perjalanan kami menjadi satu ibadah panjang—bersama dalam suka dan duka, dalam tawa dan air mata. Dua jiwa yang akhirnya menemukan rumahnya. Dengan keyakinan, cinta, dan restu, kami siap melangkah maju, menatap masa depan yang insyaAllah penuh keberkahan.